Search This Blog

Translate

Friday, 3 October 2014

Puasa sunnah arofah, karena wuquf haji ataukah karena tanggal 9 dzulhijjah ?

apakah puasa arofah sunnah karena wuquf haji ataukah karena tanggal 9 dzulhijjah?. yang puasa arofah tidak bersamaan dengan wuquf Haji sama dengan puasa ngawur dan aneh ? 

Tahun ini pemerintah Indonesia melalui kementrian agama menetapkan Hari raya idul adha jatuh pada Minggu 5 Oktober 2014, keputusan itu di tetapkan setelah melalui sidang Isbat pada tanggal 29 dzulqo`dah/24 September 2014, setelah menerima Laporan dari seluruh tim pemantau hilal yang di sebar di beberapa titik pemantauan dari sabang sampai Merauke yang ternyata tidak ada yang berhasil melihat hilal, maka melalui musyawarah yang di hadiri beberapa Ormas Islam seperti NU, PERSIS, dll, sidang isbat yang dipimpin wakil  mentri agama menetapkan 1 dzulhijjah jatuh pada hari Jumat 26 september 2014.

Sementara Arab Saudi, beberapa jam kemudian menetapkan bahwa 1 dzulhijjah jatuh pada kamis 25 september 2014, Arab Saudi menetapkan berdasarkan kesaksian bahwa pada hari Rabu 24 september Hilal sudah dapat di lihat pada saat matahari terbenam sehingga otomatis 1 dzulhijjah jatuh pada hari kamis 25 september.

Dengan perbedaan pendetapan 1 dzulhijjah tersebut, maka konsekwensinya Puasa 9 dzulhijjah (puasa arofah) dan lebaran idul Adha Indonesia berbeda dengan di arab Saudi, suara sumbang dan kritik terhadap penetapan pemerintah pun nyaring dan ramai di jaga media Social, pro-kontra dan berdebatan pun terjadi di kalangan masyarakat, keputusan pemerintah di anggap aneh karena di Indonesia puasa 9 dzulhijjah (puasa arofah) jatuh pada hari Sabtu, selisih satu hari setelah jamaah haji wuquf di padang arofah, muslimin Indonesia di anggap aneh karena melakukan puasa arofah tidak bersamaan dengan jamaah haji wuquf di arofah.

Daripada debat kusir yang berujung saling mencaci dan menyesatkan, sebaik nya marilah kita kaji dan bedah sampai tuntas metode penentuan 1 dzulhijjah dan waktu puasa dan wuquf. Untuk membedahnya, bisa kita rumuskan dalam beberapa pertnyaan berikut :

1.      Bagaimana cara menentukan 1 dzulhijjah ?
2.      Kapan waktu nya puasa arofah ?
3.      Kapan waktunya wuquf ?
4.      Haruskah puasa arofah bersamaan dengan jamaah haji yang wuquf ?

1.      CARA PENENTUAN AWAL DZULHIJJAH SAMA DENGAN PENENTUAN AWAL RAMADAN DAN SYAWWAL, YAITU BERDASARKAN RUKYATUL HILAL YANG BERSIFAT LOKAL-NASIONAL (BUKAN INTERNASIONAL)

(يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)
 [Surat Al-Baqara : 189]


فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185). 

Dipahami dari ayat ini, barang siapa yang tidak melihat hilal, maka ia tidak diharuskan untuk puasa.


Ayat-ayat diatas jadi dalil bahwa penentuan awal bulan Dzulhijjah sama dengan bulan Ramadan dan Syawwal, yaitu berpedoman pada Rukyatul Hilal, ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa "penentuan awal tanggal dzulhijjah beda dengan Penentuan puasa Ramadan karena puasa dzulhijjah harus ikut ke makkah"


Adapun dalil tentang Rukyat berlaku Lokal ini hadis Kuraib
 
عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ اَبِي حَرْمَلَةَ عَنْ كُرَيْبٍ: اَنَّ اُمَّ الْفَضْلِ بِنْتَ الْحَارِثِ بَعَثَتْهُ اِلَى مُعَاوِيَةَ باِلشَّامِ قاَلَ كُرَيْبٌ: فَقَدِمْتُ الشَّامَ فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا وَاسْتُهِلَّ عَلَيَّ رَمَضَانُ وَاَنَا باِلشَّامِ فَرَاَيْتُ الْهِلاَلَ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ ثُمَّ قَدِمْتُ الْمَدِيْنَةَ فِيْ اَخِرِ الشَّهْرِ فَسَأَلَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ثُمَّ ذَكَرَ الْهِلاَلَ فَقَالَ: مَتىَ رَأَيْتُمُ الْهِلاَلَ؟ فَقُلْتُ: رَاَيْنَاهُ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ فَقَالَ: اَنْتَ رَاَيْتَهُ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوْا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ فَقَالَ: لَكِنَّا رَاَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُوْمُ حَتىَّ نُكْمِلَ الثَّلاَثِيْنَ اَوْ نَرَاهُ فَقُلْتُ: اَوَ لاَ تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَ صِيَامِهِ؟ فَقَالَ: لاَ هَكَذَا اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
“Dari Muhammad bin Abi Harmalah dari Kuraib, bahwa Ummul Fadl binti al-Harits mengutus Kuraib menemui Mu’awiyah di Syam. Kuraib berkata: Aku tiba di Syam. Lalu aku tunaikan keperluan Ummul fadl. Dan terlihatlah hilal bulan Ramadlan olehku, sedang aku masih berada di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jum’at. Kemudian aku tiba di Madinah di akhir bulan Ramadlan. Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku, dan ia menyebut hilal. Ia berkata: “Kapan kamu melihat hilal?” Aku berkata: “Malam Jum’at.” Dia bertanya: “Apakah kamu sendiri melihatnya?” Aku menjawab: “Ya, dan orang-orang juga melihatnya. Mereka berpuasa, demikian juga Mu’awiyah.” Dia berkata: “Tetapi kami melihat hilal pada malam Sabtu, maka kami tetap berpuasa sehingga kami sempurnakan 30 hari atau kami melihat hilal”. Aku bertanya: “Apakah kamu tidak cukup mengikuti rukyah Mu’awiyah dan puasanya?” Lalu dia menjawab: “Tidak, demikianlah Rasulullah SAW menyuruh kami,” (HR. Muslim)
Berdasarkan dalil di atas maka rukyatul hilal atau observasi bulan sabit untuk menentukan awal bulan Qamariyah atau Hijriyah berlaku rukyat nasional, yakni rukyat yang diselenggarakan di dalam negeri.



2.      WAKTU PUASA AROFAH ADALAH TANGGAL 9 DZULHIJJAH, NABI BAHKAN SUDAH MELAKUKAN PUASA AROFAH SEBELUM NABI DAN PARA SAHABAT BERHAJI DAN WUQUF DAN SAAT ITU BELUM ADA JAMAAH HAJI BERWUQUF DI AROFAH

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَأَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيْسَ 

"Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam selalu berpuasa sembilan hari bulan Dzulhijjah, hari Asyura', tiga hari setiap bulan, Senin pertama setiap bulan dan hari Kamis." (HR. Abu Daud, Ahmad, an-Nasa'i dan keduanya berkata, "dan dua Kamis.")


3. WAKTUNYA WUQUF ADALAH TANGGAL 9 DZULHIJJAH, MENURUT MAZHAB SYAFII, PUASA AROFAH DI SUNNAHKAN BAGI MUSLIMIN YANG TIDAK BERHAJI, SEMENTARA JAMAAH HAJI DI SUNNAHKAN IFTHOR (TIDAK PUASA) 

Abu Nujaih berkata, "Ibnu Umar pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab,

حَجَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ فَلَمْ يَصُمْهُ، وَمَعَ أَبِيْ بَكْرٍ فَلَمْ يَصُمْهُ، وَمَعَ عُمَرَ فَلَمْ يَصُمْهُ، وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَصُمْهُ، وَأَنَا لاَ أَصُوْمُهُ، وَلاَ آمُرُ بِصِيَامِهِنَّ وَلاَ أَنْهَى عَنْهُ

'Aku haji bersama Nabi shallallohu 'alaihi wasallam, dan beliau tidak puasa Arafah, bersama Abu Bakar dan beliau juga tidak puasa Arafah, bersama Umar dan beliau juga tidak puasa Arafah dan bersama Utsman dan beliau juga tidak puasa hari Arafah. Sedangkan saya juga tidak puasa dan tidak menyuruh berpuasa serta tidak melarangnya.'" [Sanadnya shahih dan telah ditakhrij sebelumnya.]

2. Ubaid bin Umair berkata,


طَافَ عُمَرُ يَوْمَ عَرَفَةَ فِي مَنَازِلِ الْحَاجِّ حَتَّى أَدَّاهُ الْحَرُّ إِلىَ خَبَاءِ قَوْمٍ فَسُقِيَ سَوِيْقًا فَشَرِبَ 

"Umar berkeliling pada hari Arafah ke tempat-tempat tinggal orang yang haji, sehingga karena panas ia masuk ke perkemahan suatu kaum, lalu ia diberikan makanan terbuat dari tepung, lalu ia menyantapnya." [Riwayat ini shahih dan dikeluarkan oleh Abdurrazzaq (8/78) dari jalan Ibnu Juraij, ia berkata, "Atha' menyampaikan kepadaku bahwa dia mendengar Ubaid bin Umair berkata." Lalu ia menyebut riwayat ini]

3. Said bin Jubair berkata,


أَتَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ وَهُوَ يَأْكُلُ رُمَّانًا بِعَرَفَةَ فَحَدَثَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ 

"Aku mendatangi Ibnu Abbas yang sedang memakan buah delima di Arafah, lalu ia menceritakan bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam berbuka di Arafah." [ Riwayat ini shahih dan dikeluarkan oleh an-Nasa'i dalam al-Kubra (2/No. 2814, 2815); Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (7816); ath-Thabari dalam Tahdzib al-Atsar (1/No. 576, 577, 578-Musnad Umar); al-Fakihi dalam Akhbar Makkah (2772); al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra (4/288-


4.  Puasa Arofah tidak harus Berbarengan Dengan Pelaksnaan Wuquf Di Arofah, Puasa arofah di amalkan nabi sejak nabi sebelum melakukan ibadah haji, jadi kesunatan puasa arofah bukan karena bersamaan wuquf haji, tapi puasa 9 dzulhijjah sudah di amalkan nabi sebelum nabi melakasanakan haji

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَأَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيْسَ 

"Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam selalu berpuasa sembilan hari bulan Dzulhijjah, hari Asyura', tiga hari setiap bulan, Senin pertama setiap bulan dan hari Kamis." (HR. Abu Daud, Ahmad, an-Nasa'i dan keduanya berkata, "dan dua Kamis.") 

Syaikh Ibnu Utsaimin (ulama Wahabi) mengemukan dalam fatwanya:

والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع ، فمثلا إذا كان الهلال قد رؤي بمكة ، وكان هذا اليوم هو اليوم التاسع ، ورؤي في بلد آخر قبل مكة بيوم وكان يوم عرفة عندهم اليوم العاشر فإنه لا يجوز لهم أن يصوموا هذا اليوم لأنه يوم عيد ، وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم ، فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة ، هذا هو القول الراجح ، لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول ( إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا(

“Dan yang benar itu dalah sesuai perbedaan mathla’ (tempat terbit hilal). Sebagai contoh, kemarin hilal sudah terlihat di Mekah, dan hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sementara di negeri lain, hilal terlihat sehari sebelum Mekah, sehingga hari wukuf Arafah menurut warga negara lain, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka pada saat itu, tidak boleh bagi mereka untuk melakukan puasa. Karena hari itu adalah hari raya bagi mereka.
Demikian pula sebaliknya, ketika di Mekah hilal terlihat lebih awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat yang kuat. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا

“Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi, (hari raya), jangan berbukalah” (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin)


Dari berbagai dalildan argumen di Atas dapat di simpulkan bahwa :

1. Penentuan awal dzulhijjah sama dengan penentuan awal Ramadan dan Syawal, yaitu pakai Rukyatul hilal, jika tidak bisa meihat hilal maka bulan di genpkan jadi 30 hari, rukyatul hilal berlaku Lokal-nasional hanya di daerah yang satu Matla`
2.  Waktu nya puasa arofah adalah 9 dzulhijjah, jadi kesunnahan puasa arofah adalah karena 9 dzulhijjah nya, bukan karena ada jamaah haji yang wuquf
3. Puasa arofah tidak harus bersamaan dengan pelaksanaan wuquf, kesunnahan puasa arofah adalah pada 9 dzulhijjah nya, jika di indonesia penentuan 1 dzulhijjah nya tidak bisa melihat hilal maka tanggal 9 nya beda dengan daerah yg berhasil melihat hilal, otomatis puasa arofah nya tidak bersamaan karena puasa arofah itu waktunya pada tanggal 9 dzulhijjah.

karena muslimin sekarang sudah menyebar di
seluruh penjuru dunia yang beda matla` maka 
waktu ibadah nya mengikuti ketentuan waktu di
daerah masing masing. Contoh simpel antara 
Indonesia-amerika selisih nya 12 jam, perbedaan 
terbit matahari dan bulan (matla`) terpaut sangat 
jauh yang itu berarti waktu solat lima waktu yang
mengacu pada rotasi matahari harus berpedoman
pada darerah masing-masing, dan sangat tidak 
di benarkan kita ikut jam daerah lain apalagi negara 
lain yang beda matla’. Begitu juga pada penentuan
waktu yang mengacu pada rotasi bulan seperti 
penentuan awal bulan Qomariyah.

demikian sedikit analisa sederhana dari saya, tentu
saya tidak menutup mata bahwa ada khilaf ulama
mengenai metode Rukyah/Hisab, mengenai 
Wihdatul Matla'/ikhtilafu matla' termasuk mengenai 
Rukyat berlaku Lokal atau berlaku Global, tulisan ini 
sekedar menjawab tudingan bahwa yang puasa
arofah tidak bersamaan dengan Wuquf samdengan
puasa ngawur.

Sunday, 28 September 2014

Surat terbuka untuk Bapak SBY

KEPADA YTH : BAPAK ESBEYE

Bermodal <7% suara Demokrat, tahun 2004 yang lalu untuk pertama kalinya dlm sejarah Republik ini Bpak SBY di pilih Langsung oleh Rakyat sebagai Prsiden RI.

Meski kerap di caci dan di maki oleh media, paling2 Bapak cuma Curhat saat Sidang Kabinet.

Meski banyak Kader Demokrat yg trjerat Korupsi, justru itu adlh bukti bhwa Bapak menjunjung tinggi hukum dgn tdk melindungi Anak buah bapak.

Hampir saja Bapak menjadi satu2 nya Presiden RI yg naik dan Turun Tahta dengn Manis nan Harum, tapi trnyata, di sisa kekuasaan yg sisa 25 hari, Bapak SBY mengukir Nama bapak dlam sejarah Republik dengan Kado yg "indah"

ya....bapak telah mengembalikan System demokrasi mundur dua Langkah setelah bapak dengan susah payah membangun demokrasi kita maju satu Langkah dengan kebebasan pers di masa bapak berkuasa.

SELAMAT BAPAK SBY ! NAMAMU AKAN TERUKIR DALAM SEJARAH SEBAGAI BAPAK PILKADA TIDAK LANGSUNG.

Saturday, 20 September 2014

Tuhan pun di ajak memenangkan Capres

Sebentar Lagi, Rakyat indonesia akan melaksanak pemilihan Presiden, system Pemilihan Lansung yang di anut penyelenggara pemilu di negeri ini telah membuat PILPRES kali ini sangat semarak, aksi dukung mendukung di deklarasikan oleh berbagai golongan/Ormas, bahkan Unsur RAS pun tak ketinggalan ikut Larut dalam aksi dukung mendukung.
Hiruk pikuk PILPES telah menarik para Ustad/kiyai ikut dlm pusaran dukung-mendukung dengn dalih CAPRES yg Ini Lebih begini, yg itu Begitu....ISTIGHOSAH pun jadi MEDIA menggalang dukungan, tak hanya rakyat awam yg jadi Objek...Bahkan TUHAN pun jadi objek kampanye....tuhan di ajak tuk memenangkan JAGOAN nya masing2.
Bukankah Tuhan Lebih tahu, mana yg trbaik dan mana yg Punya Garis taqdir menduduki Kursi Presiden....
kenapa kita masih mau memaksa Tuhan agar mendukung Jagoan masing2...tidk bisakah kita berdoa dengn tulus MENGHARAP PEMIMPIN YANG AMANAH YANG TERBAIK MENURUT TUHAN, TANPA HARUS "MENODONG" TUHAN DENGN NAMA CAPRES TERTENTU.

Monday, 23 June 2014

Tuhan pun Di ajak Menangkan Capres

Sebentar Lagi, Rakyat indonesia akan melaksanakan pemilihan Presiden, system Pemilihan Lansung yang di anut dalam penyelenggaraan Pemilu di negeri ini telah membuat PILPRES kali ini sangat semarak, apalagi hanya ada dua pasang Calon. Aroma Rivalitas sangat terasa sekali karena ibarat pertarunga Hidup-Mati (Head to Head). aksi dukung mendukung di deklarasikan oleh berbagai golongan/Ormas, bahkan Unsur RAS pun tak ketinggalan ikut Larut dalam aksi dukung mendukung.
Hiruk pikuk PILPES telah menarik para Ustad/kiyai ikut dlm pusaran dukung-mendukung dengn dalih CAPRES yg Ini Lebih begini, yg itu Begitu....ISTIGHOSAH pun jadi MEDIA menggalang dukungan, tak hanya rakyat awam yg jadi Objek...Bahkan TUHAN pun jadi objek kampanye....tuhan di ajak tuk memenangkan JAGOAN nya masing2.
Bukankah Tuhan Lebih tahu, mana yg trbaik dan mana yg Punya Garis taqdir menduduki Kursi Presiden....
kenapa kita masih mau memaksa Tuhan agar mendukung Jagoan masing2...tidk bisakah kita berdoa dengn tulus MENGHARAP PEMIMPIN YANG AMANAH YANG TERBAIK MENURUT TUHAN, TANPA HARUS "MENODONG" TUHAN DENGN NAMA CAPRES TERTENTU.

Thursday, 19 June 2014

Kampanye Hitam ataukah Menghitamkan diri ?

Memasuki masa kampanye, bahkan jauh hari sebelum masuk masa kampanye, ada banyak Pesan pesan berantai beredar di media sosial yang menyerang Sosok Capres JOKO WIDODO dengan Isu Sara, isi pesan-pesan itu menyatakan bahwa Joko widodo keturunan Cina, anti Islam, tidak islam, Boneka Asing dan Aseng, tidak bisa Salat dan wuduk, Bohong mengenai Haji, dll
namun ternyata, ada pihak-pihak, yang menganggap bahwa Isu-isu SARA tersebut di buat dan di hembuskan oleh Tim sukses nya Joko widodo sendiri dengan tujuan meraih simpati Rakyat dengan kesan di dzolimi.
Lalu benarkah itu ?
apakah pak JOKOWI "menghitamkan" diri demi dapat kesan di dzolimi?
ataukah pak Jokowi "di hitamkan" oleh pihak Rival nya, dengan di iringi dengan tuduhan/opini bahwa Isu SARA  itu di bikin sendiri oleh Tim sukses nya Jokowi?
Tuk mejawab itu, mari kita analisa, apakah pak Jokowi merasa perlu tuk mendapat kesan terdzolimi demi meraih simpati masyrakat?
1.Elektabilitas jokowi sebelum resmi nyapres Sudah unggul jauh dari Prabowo (survei)
2.Setelah resmi nyapres dan sebelum masuk masa kampanye, Jokowi tetap unggul jauh (survei)
3.Sebelum dan Setelah masuk masa Kampanye banyak Isu-isu SARA menyerang Jokowi (pro cina, katolik, anti islam, Capres boneka, dll)
4.Setelah marak isu isu itu,elektabilitas Jokowi stagnan bahkan cenderung turun, dan sebalik nya, Elektabilitas Prabowo naik (survei)
5.Banyak Kiyai-kiyai dan habaib pengasuh Ponpes Besar menyatakan mendukung Pak Prabowo
6.kampanye hitam makin Liar menghantam Jokowi, trmasuk tabloid Obor rakyat yang beredar di Pesantren Pesantren.
7.Sekarang elektabilitas Jokowi stagnan bahkan turun, sebalik nya Prabowo NAIK
itu adalh fakt fakta nya
skarang pertanyaanya :
dalam kondisi jokowi unggul jauh di banding Prabowo...apakah jokowi perlu membangun kesan di zolimi demi dapat simpati rakyat?
Apa untung nya/seberapa besar untung nya bagi Jokowi jika membangun kesan terzolimi? bukankah dia sudah unggul jauh di banding Prabowo?
apakah sebanding, Manfaat Kesan terzolimi dan kerugian dari Isu SARA yang Jelas Jelas membuat jokowi di jauhi Kalangan Islamis, santri, para kiyai?
apa penyebab turun nya pamor jokowi...apakah bukan karna Isu Sara tersebut?
Sekarang pertanyaan tuk pihak Rival nya.
Dalam kondisi elektabilitas Prabowo tertinggal jauh, langkah apa yg harus di ambil tuk bisa menang?
isu apa yang sekiranya Laku untuk di jual oleh Tim sukses prabowo ke Rakyat indonesia agar Jokowi bisa turun pamor?
Sebagaimana kita tahu, bahwa Isu SARA sangat sensitif dan sangat Laku di "jual" ke mayoritas Masyrakat kita.
kalau menurut saya, dengan menimbang Fakta-fakta dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut...maka SAYA TAK PERCAYA BAHWA JOKOWI JADI BODOH MAU MENGITAMKAN DIRI DALAM KONDISI NYA YG SUDAH UNGGUL JAUH.
JUSTRU SEBALIK NYA...SANGAT LOGIS...DEMI MENAHAN LAJU JOKOWI...Tim Sukses nya Prabowo Menjual ISU YG LAKU DI MASYRAKAT KITA.
Isu apa yg paling laku di masyrakat Kita?...tidak ada yg lebih laku dari isu SARA.
Demikian Analisa saya dari sudut pandang Kaca mata Kuda, anda boleh tidak Setuju, tapi silahkan Analisa pakai Logika.

Wednesday, 18 June 2014

Pilpres 2014, Momentum perubahan paradigma masyrakat

Pilpres 2014 benar benar beda dengan Pemilu pemilu sebelum nya, bahkan Jadi titik balik pola pikir masyrakat akan penting nya milih Pemimpin trbaik.

jika pada pemilu2 seblum nya, apalagi saat PILEG, masyrakat sangt apatis dalam menggunkan Hak pilih nya, Beda dgn PILPRES 2014 kali ini, masyrakat nampak nya sangt antusias menyambut nya, terbukti dengan aksi dukung mendukung yg nampak jelas pada Media sosial seperti Facebook, twitter, Whatsapp, BBM, dll.

Wall Facebook tiba tiba penuh dengn status dukung mendukung dan opini yg berbau Pilpres, begitu juga media sosial Lain nya. Adu argumen, saling serang, saling bantah terkait Isu isu yang menyerang Capres idola nya menjadi tontonan umum dan seprti jadi aktifitas baru bagi para Relawan/simpatisan bahkan bagi msyrakat awam sekalipun.

ada insiden dimana sesama tukang becak berkelahi gara gara saling ejek/bela Capres idolanya.

bahkan yg Lebih unik lagi...jika pada PILEG yg lalu, masyrakat enggan menggunkan hak pilih nya dan menjual suaranya senilai 20.000-50.000 rupiah persuara, namun dalm PILPRES kali ini, tak sedikit mereka yg antusias rela mengeluarkan Rupiah tuk menyumbang biaya kampanye Capres idola nya.

meskipun Pilpres kali ini, di ramaikan dengan kampanye hitam dengan menebar Fitnah, namun ada Nilai positif yang bisa di petik di balik semua ini.

dengan marak nya media sosial yang sudah menjangkau masyrakat kelas "bawah", maka kampanye hitam yang pada dasar nya sangat buruk dan merugikan, kini justru bisa jadi Momen pendewasaan bagi masyrakat awam, tiap kali ada kampanye hitam menyerang masing masing capres, maka Tim sukses dan simpatisan bahkan juga masyrakat umum Ramai ramai pro aktif saling bantah dan adu argumen, hal ini sangt positif melatih masyrakat agar kedepan nya dalam menyikapi informasi yang masuk, haruslah ada kroscek dan validasi info.

Inilah salah satu hikmah terbesar dari Pilpres 2014, yaitu mengubah paradigma masyrakat.

yang biasanya apatis jadi proaktif

yang biasanya menjual suara demi rupiah, sekrng bahkan rela menyumbangkan Rupiah nya


yang biasanya menelan info mentah mentah, sekarang jadi terlatih dan jadi tahu bahwa tak semua info Layak di percaya.


Oleh karena itu, siapapun nanti yang terpilih, maka itu adalah kemenangan besar bagi rakyat indonesia. semua unsur dan golongan yang saat ini saling serang demi mengkampanyekan Capres idolanya, nanti haruslah Lapang dada, menerima hasil pemilu presiden sebagai kemenangan bersama, karena siapapun yang terpilih, berarti beliau adalah pilihan masyrakt indonesia dengan sistem pemilihan yang telah di sepakati bersama.